'Jember Berkebaya' Meriahkan Hari Kebaya dan Perhubungan Nasional
JEMBER – barathanews.com. Semangat pelestarian budaya nasional berlangsung di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Jember, Jalan Sudarman, Sabtu (27/9/2025).
Komunitas Pecinta Kebaya Jember (KPKJ) menggelar Jember Fashion Berkebaya yang fokus pada kategori Kebaya Pakem atau klasik. Acara ini bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan sebuah dedikasi untuk memperingati Hari Kebaya Nasional dan Hari Perhubungan Nasional, sekaligus menanamkan kecintaan terhadap warisan leluhur bangsa Indonesia.
Ketua Panitia Jember Fashion Berkebaya, Winarsih Indriasari (akrab disapa Indri), menegaskan bahwa kegiatan ini memiliki makna yang lebih dalam.
"Acara ini bukan hanya sekedar kompetisi, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan budaya nasional yaitu kebaya sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia," terangnya.
Lomba Fashion Show Kebaya Pakem ini berhasil menarik peserta dari berbagai pelosok di 31 kecamatan, menunjukkan antusiasme tinggi dari para pecinta kebaya. "Pesertanya ada dari agensi dari pelosok-pelosok. Acara ini hanya satu yaitu lomba kebaya Pakem itu aja. Jadi lomba kebaya Klasik," ujar Indri.
KPKJ berharap melalui lomba ini, kecintaan dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia dapat meningkat, sekaligus mempererat tali silaturahmi, persatuan, dan kebersamaan antar warga Jember.
Dukungan Penuh untuk Warisan Bangsa
Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh dan perwakilan komunitas perempuan di Jember, termasuk Ibu Ketua GOW, KJBI, Ibu Ketua Harpi, Ibu-ibu dari Dinas Perhubungan, serta sejumlah ketua komunitas perempuan. Kehadiran mereka menegaskan dukungan kolektif terhadap upaya pelestarian budaya.
Indri, selaku Ketua KPKJ, tak lupa menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Bupati dan Ibu Bupati Jember.
"Kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Bapak dan Ibu Bupati yang telah memberikan ruang dan waktu kepada kita kaum perempuan untuk tetap melestarikan budaya Indonesia, khususnya berkebaya," ucapnya.
Tantangan Era Milenial dan Pengakuan UNESCO
Menyadari tantangan di era milenial dan digital, Indri berharap budaya berkebaya dapat terus menyebar ke kalangan anak sekolah dan komunitas muda.
"Kita terhantam era milenial, oleh karena itu kita eksis sebagai pecinta kebaya. Tetap membudayakan dan melestarikan kebaya. Agar budaya kebaya ini tidak dilupakan oleh milenial," pungkasnya.
KPKJ berharap para pemimpin terus memberikan dukungan agar budaya kebaya tetap lestari.
Apresiasi tinggi turut disampaikan oleh Widyani Avianti, S.P., M.M., Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Jember, yang mewakili Ketua TP. PKK Jember, Ning Ghyta.
"Saya mewakili Ketua TP. PKK Kabupaten Jember dalam hal ini Ning Ghyta dan saya selaku Ketua GOW Kabupaten Jember sekaligus yang mewakili beliau menyampaikan apresiasi yang tinggi-tingginya kepada Komunitas Pecinta Kebaya Jember yang telah menyelenggarakan acara fashion show kebaya ini," ujarnya.
Widyani menekankan pentingnya kebaya sebagai warisan budaya dan identitas bangsa, terutama setelah kebaya, khususnya kebaya terancam dan lagum, diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya asli Indonesia pada 4 Desember 2024. Penetapan 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional juga semakin mengukuhkan statusnya sebagai busana nasional.
![]() |
Berkebaya oleh millenial |
Ketua GOW juga menyoroti peran Komunitas Pecinta Kebaya Jember yang luar biasa dalam melestarikan kebaya melalui berbagai kegiatan, termasuk sosialisasi di media sosial dan gerakan memakai kebaya secara kontinu. Widyani mengagumi antusiasme peserta, terutama dari kalangan ibu-ibu.
"Pesertanya itu lebih banyak ke ibu-ibunya, berarti memang ibu-ibunya itu perlu wadah, bagaimana menyalurkan bakat terpendamnya. Ibu-ibu tadi luar biasa, kemarin di Lippo saya lihat usianya 70, sekarang ikut lagi," tutupnya, menggarisbawahi semangat tak kenal usia dalam merayakan budaya Indonesia. (herry)
Komentar
Posting Komentar